Rabu, 29 Januari 2014

My Autumn


You see it? Well. hal apa yang pertama kali terlintas dibenak kalian saat melihat gambar ini? indah? luar biasa? atau justru suram?

kalau saya,
saya melihat sesuatu yang begitu menenteramkan hati dan jiwa saya. entah kenapa, rasanya jadi begitu damai. sampai-sampai saya memandangi gambar ini lagi dan lagi. membayangkan saya berjalan di bawah dedaunan merah yang berjatuhan bagai hujan. melewati jalan setapak itu sendirian, menyebrangi sungai dan terus berjalan. entah akan tiba di mana, atau harus menempuh jarak seberapa jauh. satu yang saya inginkan, saya hanya ingin terus meyusuri jalan setapak yang sunyi ini, sendiri dan hanya sendiri.

kemudian saya mulai merasa sepi. kenapa harus sendirian? dan harus seberapa jauh saya melangkah? tapi jujur, hanya itu yang pertama kali terlintas dibenak saya tiap kali memandangi gambar ini. berapa kalipun saya lakukan, hal pertama yang mencul selalu sama, "saya berjalan sendirian"

dan ketika sudah selewat beberapa menit di bagian hidup yang nyata, atau selewat beberapa kilometer di bagian kehidupan yang saya rasakan dalam gambar, saya mulai membayangkan, bagaimana jika saya melewati jalan itu berdua. Oh, bukan, bukan dengan teman atau kekasih. tapi berdua dengan anak saya. namun dalam bayangan itu, dia sudah beberapa tahun lebih tua dari yang kini terbaring pulas di samping saya. saya membayangkan kami berjalan berdua. menyusuri jalan sepi itu, tanpa kata, tanpa suara. kami lewati jalan setapak yang semula saya lalui sendiri, dan kami seberangi jembatan itu. lalu kami berhenti ditengah jembatan untuk menikmati pemandangan ini. menikmati tiap helai daun yang jatuh disekitar kami, terkadang jatuh dan sedikit membelai lembut wajah kami. lalu aku bayangkan aku menatap wajahnya. pria tampan yang kini telah tumbuh menjadi seorang remaja, namun tetap terlihat seperti bayi kecil di mataku. mata kami bertatapan, begitu dalam, dalam diam. tanpa kata kami rasakan cinta yang begitu hangat antara kami. cinta yang setelah selewat beberapa tahun, hanya aku tujukan padanya tanpa terbagi untuk pria manapun juga. terus ku tatap lembut matanya, dan ku rasakan betapa dia begitu berharga untuk ku. betapa waktu yang kita telah lalui begitu singkat namun amat berarti. lalu aku genggam tangannya, bukan lagi tangan kecil yang aku rasakan tergeletak tepat disamping telingaku dan menyentuh sedikit rambutku. tangan ini lebih besar, hampir seperti lelaki dewasa, lebih kekar. dan kurasakan dia balik menggenggam tangan ku, seakan berkata "aku sayang bunda"

dan setelah selewat beberapa menit dalam kehidupan nyata ku, atau beberapa jam dalam khayalan ku, maka kami melanjutkan perjalanan, meyusuri jalan setapak yang tetap sunyi, dalam diam tanpa kata. Ku rasakan lengannya yang tegap merangkul ku, sebagaimana aku merangkulnya dulu, saat dia masih suka terbaring di atas dada ku. ku rasakan matanya menatap ku, mata yang sama seperti mata kecil yang dulu juga sering menatap ku. betapa waktu berlalu begitu cepat, atau terasa seperti itu.

kemudian aku berfikit, mungkin aku sebaiknya membuat gambaran yang sedikit lebih hangat, untukku, juga untuknya. maka kuciptakan suasana romantis. aku bayangkan diri ku, kini melalui jalan setapak yang sama, yang pernah kulalui sendiri dan berdua dengan pangeran kecil ku. tapi kini aku melalui bersama seorang pria tanpa wajah, dan entah kenapa aku membayangkan pria berambut pirang. mungkin terasa lebih cool. aku membayangkan lengan yang merangkul pundakku. sedikit lebih kekar dari lengan putra kecil ku, namun sama menenteramkan dan sama menghangatkannya. kubayangkan kami berdua meyusuri jalan setapak itu, masih dalam diam. entah kenapa aku hanya ingin melauinya, dan menikmati tiap detik waktu yang berputar di sekitar kami seakan waktu itu bisa saja terhenti kapan saja. kubayangkan kami berdua menyebrangi jembatan yang sama yang pernah ku lalui bersama anakku. namun kami tidak berhenti di tengah jalan untuk menikmati pemandangan. kini aku menyegerakan untuk tiba di suatu tempat, yang aku bahkan tidak tahu di mana. namun aku yakin ada seseorang yang menanti kami untuk segera pulang, dan dia adalah anakku. kurasakan langkah kaki kami beriringan, masih tetap dalam diam. namun kini aku mulai bisa melihat, tempat apa yang kami tuju. itu adalah sebuah rumah. dan kini gambaran dalam kepalaku kembali berubah

sekali lagi, aku membayangkan, aku menyusuri jalan yang sama, jembatan yang sama. namun kini aku inginkan suasana yang lebih indah, lebih penuh cinta. maka ku ciptakan gambaran kami bertiga. aku, anakku, dan seorang pria berambut pirang. namun kini anakku kembali menjadi "a lil' boy". beberapa tahun lebih tua dari yang kini terbaring pulas dalam impiannya sendiri, namun tetap memiliki genggaman tangan yang kecil. aku bisa melihatnya dengan jelas. kami bertiga, menyusuri jalan setapak, dengan bergandengan tangan. anakku berjalan di tengah, diantara bunda dan ayah barunya, yang masih belum berwajah. sebelah tangannya menggenggam tangan ku, erat dan sebelah lagi menggenggam tangan pria berambut pirang itu. seakan tidak sabar untuk merasakan saat yang lebih indah, dia kemudian melepaskan genggamannya dan berlari lebih dulu menuju jembatan, menunggu kedua orang yang menyayanginya mengejarnya. dia menanti di tengah jembatan. dan ketika aku dan pria tadi tiba ditempatnya, dia berlari berputar mengelilingi kami, dan dengan wajah mungilnya dia seakan memohon, dalam diam, agar pria pirang tadi menyambut tangannya dan menaikkannya ke dalam gendongannya. dan si pria tadi tidak menyia-nyiakan permintaan anakku. diangkatnya malaikat kecilku dan didudukkannya di atas pundaknya. dengan tetap digenggamnya tangan anakku, maka kami menyusuri jembatan itu lagi, masih dalam diam, tapi kini aku menyertakan beberapa senyuman dalam bayanganku. aku, anakku, dan pria berambut pirang, dalam diam kami menyusuri jalan itu, dengan senyum yang tak bisa kami sembunyikan. kurasakan kembali suasana tenteram ini, namun kini ada sedikit kebahagiaan di dalamnya. dan aku tahu kami bertiga menuju satu tujuan.

tujuan itu adalah rumah. rumah kami, rumah baru kami yang mungkin memang baru bisa tercipta dalam bayanganku. tapi itu jelas rumah. maka kini kami menyusuri jalan sepi itu lagi. bukan jalan yang tadi kami lalui. tapi jalan panjang di depan jembatan itu, aku melihatnya dengan lebih jelas lagi sekarang. jalan itu panjang, dengan hujan dedaunan di sepanjang langkah kami. tapi kini kami tidak lagi diam tanpa kata. kami bercengkerama, tertawa dan bercanda. dan di depan sana, aku melihat sinar matahari menembus masuk melaui sela dedaunan. cerah, menghangatkan, dan menambah sedikit keriangan dalam senyuman kami. maka kami memutuskan untuk berhenti sejenak. menikmati dedaunan yang jatuh dan membelai lembut wajah kami. dengan anakky yang masih duduk di atas pundaknya, dia menatap ku, meski aku belum bisa melihat wajahnya, namun kurasakan tatapannya hangan dan penuh cinta. lalu dia menurunkan anakku dengan begitu lembut ke tanah yang tertutup daun merah dan kuning. maka kami bertiga duduk disana, ditepi jalan setapak. menikmati hangatnya sinar mentari, melihat anakku berlarian berusaha menangkan tiap helai daun yang jatuh.

maka kini aku inginkan suasana yang lebih ramai. dan satu demi satu burung terbang dan hinggap di dahan pepohonan disekitar kami. mereka berkicau riang, seakan memberikan sentuhan musik dan mengajak kami bernyanyi. kini aku bisa melihat anakku semakin bahagia. dia berlari, melompat, dan menjatuhkan dirinya diantara tumpukan dedaunan. begitu menghibur, dan aku tau dia ingin aku ikut berbahagia bersamanya. lalu aku inginkan lebih banyak orang yang melihat dan ikut menikmati kebahagiaan kami. maka disanalah mereka, satu persatu dari mereka datang. berdua-dua atau bertiga, bersama orang-orang terkasih mereka. duduk berkumpul di bawah pohon pilihan mereka. ikut menikmati kicauan burung yang semakin lama semakin riang. tertawa bersama. saling menatap, dan bercanda dengan riangnya. aku rasakan kebahagiaan kini masuk dalam diri ku. ku dapati keyakinan bahwa aku mengingnkan lebih kebahagiaan dalam hidup ku. dan aku ingin segera tiba pada tujuan kita. dan disanalah aku melihatnya. sebuah ruumah mungil untuk kami bertiga. tidak mewah, namun itu jelas tempat paling indah. berada ditengah daun merah yang tak hentinya jatuh berguguran. disanalah aku akan menghabiskan hari ku. bersama mereka yang aku kasihi. anakku, dan seorang pria berambut pirang.

dan apa yang kamu lihat?

well. apapun itu, semua yang kau lihat adalah gambaran jelas tentang apa yang telah, sedang, dan akan terjadi dalam hati, pikiran dan hidupmu. pada awalnya saya memang merasa begitu sepi, kecewa, marah, lelah, dan penat. maka saya begitu mendambakan suasana sunyi dan sepi. tanpa seorangpun mangganggu. saya ingin sendiri untuk waktu yang lama. menyusuri jalan kehidupan yang entah akan tiba dimana. dan saat emosi mulai menguasai diri, maka saya bisa melihat sesuatu yang lain. sesuatu yang juga saya inginkan. maka terciptalah tahapan-tahapan gambaran itu.

apa yang saya lihat, adalah keinginan dan harapan saya.
untuk menyendiri, menghabiskan beberapa saat waktu untuk memahami diri. dan saya tahu, saya tidak mungkin selamanya larut dalam kesendirian. saya butuh teman. saya mungkin pernah membayangkan menghabiskan sisa hidup berdua saja dengan anak saya. terutama setelah rasa sakit yang saya rasakan karena hancurnya rumah tangga saya. namun sampai kapan? karena pada akhirnya saya menyadari, saya masih membutuhkan seseorang, untuk mendampingi saya. dan saya bisa melihatnya, betapa anak saya menjadi lebih ceria ketika seorang pria berambut pirang saya sertakan dalam lamunan itu. dan saya pun bisa merasakan bahwa saya menjadi lebih bahagia dengan adanya tambahan cinta dalam hidup saya.

bisakah kamu bayangkan, apa yang sebenarnya kamu inginkan?
bisakah kamu sadari dan pahami, apa keinginan dan harapan terbesar mu?
maka cobalah luangkan sedikit waktu, pandangi gambar itu, dan biarkan pikiranmu tenang, dan mengalir begitu saja. rasakan ketenangan, dan tanyakan hatimu, apa yang kamu inginkan. maka kamu akan tahu jawabannya.

saya? saya juga sudah menemukan jawabannya.
harapan saya saat ini adalah hidup yang lebih baik, bersama anak saya. menjalani hidup baru, bersama pasangan baru, dan membentuk keluarga baru yang lebih baik.

jika kamu sudah menyadari apa yang hati mu inginkan, maka kamu akan tahu, apa yang harus kamu lakukan :)

simple to do.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar